Go Ahead Indonesia

Teknologi Penangkapan Karbon (CCUS): Jembatan Industri Indonesia Menuju Net-Zero

teknologi-penangkapan-karbon

Mencari tahu solusi untuk emisi industri yang sulit dihilangkan? Teknologi Penangkapan, Pemanfaatan, dan Penyimpanan Karbon (CCUS) hadir sebagai jembatan krusial menuju industri net-zero di Indonesia. Meskipun energi terbarukan adalah prioritas, sektor-sektor seperti semen, petrokimia, atau pembangkit listrik berbasis fosil masih menghasilkan emisi besar yang sulit dieliminasi sepenuhnya. Di sinilah CCUS berperan vital dalam dekarbonisasi industri berat.

Bagaimana Teknologi CCUS Bekerja?

CCUS adalah serangkaian teknologi yang bekerja secara sinergis untuk mengurangi emisi CO2​ ke atmosfer. Prosesnya melibatkan tiga tahap utama:

  1. Penangkapan (Capture): CO2​ dipisahkan dari gas buang emisi industri (misalnya, dari cerobong asap pabrik atau pembangkit listrik). Teknologi penangkapan bisa berupa post-combustion, pre-combustion, atau oxyfuel combustion.
  2. Pemanfaatan (Utilization): CO2​ yang telah ditangkap dapat dimurnikan dan dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk berbagai produk. Contohnya, CO2​ bisa diubah menjadi bahan bakar sintetik, bahan kimia (seperti urea atau metanol), atau material bangunan. Konsep ini dikenal sebagai Carbon Capture and Utilization (CCU).
  3. Penyimpanan (Storage): Jika tidak dimanfaatkan, CO2​ cair dapat diangkut (melalui pipa atau kapal) dan disimpan secara permanen di formasi geologi bawah tanah yang aman dan stabil, seperti akuifer salin dalam atau bekas ladang minyak/gas. Proses ini disebut Carbon Capture and Storage (CCS).

Peran Strategis CCUS dalam Ekonomi Net-Zero

CCUS bukan pengganti energi terbarukan, melainkan pelengkap vital. Perannya sangat strategis, terutama untuk:

  • Sektor Hard-to-Abate: Industri semen, baja, kimia, dan pupuk menghasilkan emisi proses yang sulit dihilangkan dengan efisiensi energi atau elektrifikasi semata. CCUS menawarkan solusi dekarbonisasi industri berat yang memungkinkan industri-industri ini terus beroperasi sambil mencapai target emisi.
  • Transisi Energi: Meskipun fokus beralih ke energi bersih Indonesia, pembangkit listrik berbahan bakar fosil mungkin masih dibutuhkan untuk stabilitas jaringan listrik selama masa transisi. CCUS dapat memungkinkan pembangkit ini beroperasi dengan jejak karbon yang lebih rendah.
  • Emisi Negatif (Carbon Dioxide Removal – CDR): Ketika dikombinasikan dengan biomassa (bioenergy with carbon capture and storage – BECCS) atau penangkapan udara langsung (Direct Air Capture – DAC), CCUS berpotensi menghasilkan emisi negatif, yaitu mengambil CO2​ langsung dari atmosfer.

Potensi dan Tantangan CCUS di Indonesia

Indonesia, dengan industri berat yang berkembang dan cadangan gas alam yang besar, memiliki potensi signifikan untuk penerapan CCUS. Studi menunjukkan bahwa Indonesia memiliki kapasitas penyimpanan CO2​ yang melimpah di formasi geologi bawah laut dan bekas ladang minyak/gas. Ini adalah peluang besar bagi Net-Zero Indonesia.

Namun, implementasi CCUS juga dihadapkan pada tantangan:

  • Biaya Investasi Tinggi: Pembangunan fasilitas CCUS memerlukan modal awal yang besar.
  • Kerangka Regulasi: Diperlukan kerangka hukum dan regulasi yang jelas untuk penangkapan, transportasi, dan penyimpanan CO2​ yang aman.
  • Infrastruktur: Pengembangan jaringan pipa atau fasilitas transportasi CO2​ masih memerlukan investasi besar.
  • Kapasitas Teknis: Kebutuhan akan sumber daya manusia yang terampil dan teknologi yang matang.

Meskipun demikian, dengan dukungan kebijakan yang tepat, insentif finansial, dan kolaborasi antara pemerintah, industri, dan lembaga riset, CCUS dapat menjadi pilar penting dalam mencapai target Net-Zero Indonesia pada tahun 2060 atau lebih cepat.

Kesimpulan:

Teknologi Penangkapan Karbon (CCUS) bukan lagi fiksi ilmiah, melainkan solusi nyata yang semakin matang. Bagi perusahaan di sektor industri hard-to-abate, CCUS menawarkan jalan yang kredibel untuk dekarbonisasi industri berat, menjaga daya saing di era ekonomi rendah karbon. Mengintegrasikan CCUS ke dalam strategi jangka panjang bukan hanya tentang memenuhi target emisi, tetapi juga tentang memastikan kelangsungan dan inovasi industri, sambil berkontribusi pada masa depan yang lebih berkelanjutan bagi Indonesia.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *