Go Ahead Indonesia

Dekarbonisasi Rantai Pasok: Strategi Krusial Perusahaan Menuju Net-Zero


Apakah Anda mencari tahu bagaimana perusahaan dekarbonisasi rantai pasok mereka? Di era ketika keberlanjutan bukan lagi pilihan, dekarbonisasi rantai pasok jadi strategi utama perusahaan untuk mengurangi emisi karbon. Tak hanya dari operasional internal (Scope 1 dan 2), kini fokus bergeser ke emisi dari seluruh rantai nilai mereka, yang dikenal sebagai emisi Scope 3. Mengelola jejak karbon Scope 3 adalah kunci menuju target net-zero yang kredibel dan daya saing jangka panjang.

Mengapa Emisi Scope 3 Begitu Penting untuk Dekarbonisasi Perusahaan?

Emisi Scope 3 mencakup emisi gas rumah kaca (GRK) dari sumber yang tidak dimiliki atau dikendalikan langsung oleh perusahaan, seperti pembelian bahan baku, perjalanan bisnis, penggunaan produk, hingga pengolahan limbah. Bagi banyak sektor, dari manufaktur hingga ritel, emisi Scope 3 bisa mencapai lebih dari 70% dari total jejak karbon perusahaan. Tanpa mengelola ini, target net-zero akan sulit dicapai. Ini menempatkan manajemen risiko iklim sebagai prioritas utama.

Risiko & Peluang dalam Dekarbonisasi Rantai Pasok

Mengabaikan dekarbonisasi rantai pasok membawa risiko signifikan:

  • Reputasi dan Merek: Praktik tidak berkelanjutan dari pemasok bisa merusak citra perusahaan dan menyebabkan kerugian finansial.
  • Regulasi: Aturan seperti Carbon Border Adjustment Mechanism (CBAM) Uni Eropa mulai menargetkan produk berkarbon tinggi, memengaruhi akses pasar.
  • Operasional: Ketergantungan pada pemasok yang tidak resilien terhadap iklim bisa mengganggu pasokan dan memicu kenaikan biaya.
  • Akses Modal: Investor investasi berkelanjutan makin menuntut manajemen jejak karbon Scope 3 yang kuat; perusahaan dengan profil buruk mungkin sulit mendapatkan pembiayaan.

Namun, ada juga peluang besar:

  • Inovasi & Efisiensi: Mendorong pemasok berinovasi dan meningkatkan efisiensi di seluruh rantai, berujung pada penghematan biaya.
  • Diferensiasi Pasar: Menarik konsumen yang sadar lingkungan dan memposisikan diri sebagai pemimpin dalam keberlanjutan bisnis.
  • Ketahanan Rantai Pasok: Membangun rantai pasok yang lebih tangguh dan adaptif terhadap guncangan iklim.
  • Daya Tarik SDM: Menarik talenta terbaik yang mencari perusahaan dengan komitmen ESG yang kuat.

Strategi Implementasi Dekarbonisasi Rantai Pasok yang Efektif

Untuk berhasil dalam dekarbonisasi rantai pasok, perusahaan perlu pendekatan sistematis dan kolaboratif:

  1. Identifikasi Hotspot Emisi: Lakukan pengukuran jejak karbon Scope 3 secara komprehensif untuk tahu area mana yang paling berdampak dan memerlukan intervensi.
  2. Libatkan & Berdayakan Pemasok: Edukasi pemasok, berikan insentif, sediakan pelatihan, atau bahkan bantu mereka mengakses teknologi rendah karbon. Kolaborasi adalah kunci utama.
  3. Terapkan Teknologi & Praktik Rendah Karbon: Dorong penggunaan energi terbarukan, peningkatan efisiensi energi, optimasi logistik, dan penggunaan material berkelanjutan di seluruh rantai.
  4. Transparansi & Pelaporan: Sediakan data emisi yang jelas dan terverifikasi melalui kerangka seperti GHG Protocol, CDP, atau SBTi untuk membangun kredibilitas.

Di Indonesia, sektor seperti manufaktur dan agrikultur memiliki jejak karbon Scope 3 yang signifikan. Fragmentasi rantai pasok dan kapasitas UMKM yang bervariasi menjadi tantangan. Namun, peluang kolaborasi dengan pemerintah dan dukungan lembaga riset dapat mempercepat transisi ini.

Kesimpulan:

Dekarbonisasi rantai pasok bukan lagi opsional, melainkan strategi utama perusahaan untuk masa depan yang berkelanjutan. Dengan pengelolaan jejak karbon Scope 3 yang baik, perusahaan bisa meraih daya saing, menarik investasi berkelanjutan, dan menjadi pemimpin di era ekonomi rendah karbon. Jangan biarkan manajemen risiko iklim jadi ketinggalan di bisnis Anda!

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *